Seni Cetak Tinggi
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Cetak tinggi adalah salah satu dari beberapa macam teknik cetak yang memiliki acuan permukaan timbul atau meninggi, di mana permukaan timbul tersebut berfungsi sebagai penghantar tinta. Bagian yang dasar atau permukaan yang tidak timbul merupakan bagian yang tidak akan terkena tinta atau disebut bagian negatif, sedangkan bagian yang terkena tinta disebut bagian positif. Untuk memperoleh acuan cetak yang timbul dapat dilakukan dengan cara menghilangkan bagian-bagian yang tidak diperlukan sebagai penghantar tinta, sehingga tinggal bagian-bagian yang memang berfungsi sebagai penghantar tinta atau warna. Salah satu sifat seni cetak tinggi adalah apabila acuan cetaknya diamati, maka permukaan acuannya akan tampak sebagai permukaan yang berukir atau berelief. Oleh karena itu, cetak tinggi disebut juga sebagai cetak relief atau relief print.
Seni cetak tinggi menghasilkan gambar maupun tulisan melalui proses pencetakan dengan menggunakan permukaan lembar kayu, linoleum, hardboard, atau karet vinyl yang dipahat atau dicukil sebagai acuan cetak atau plat. Bagian yang bukan merupakan gambar atau tidak dicetak selanjutnya dicukil, sedangkan bagian gambar atau yang tidak dicukil akan tetap sejajar dengan permukaan plat. Kemudian plat tersebut dibubuhi truthful cat atau pewarna, setelah itu plat dicetak ke kertas dengan cara digosok, dengan bantuan sendok atau alat press. Apabila ingin menggunakan kombinasi beberapa warna, maka kita harus menggunakan acuan cetak atau plat yang berbeda bagi setiap warna yang digunakan.
Prinsip kerjanya adalah mendapatkan bagian positif (permukaan yang timbul) dan negatif (permukaan yang cekung). Bagian negatif yang dihasilkan oleh cukilan tidak terkena warna, sebaliknya bagian positif yang tidak tercukil terkena warna. Bagian yang timbul akan diberi tinta dengan menggunakan roller, kemudian dicetak ke permukaan bidang cetak.
Perbedaan dengan teknik cetak lainnya, cetak tinggi ini memiliki kesederhanaan dalam peralatan, tidak membutuhkan teknologi yang canggih. Seniman dapat lebih ekspresif dalam menghasilkan karya seni grafis. Pada umumnya proses cetak diaplikasikan pada permukaan benda yang datar. Proses pembuatan cetak tinggi dilakukan secara manual, namun tidak menutup kemungkinan apabila sketsa gambar merupakan hasil print-out.
Pada dasarnya proses penciptaan modul gambar/desain dilakukan secara manual, melalui pembuatan sketsa gambar. Namun, dapat pula disempurnakan dengan bantuan komputer. Hal ini terkait dengan efisiensi dan efektivitas kerja. Untuk pembuatan modul gambar pada plat atau acuan cetak, modul gambar harus dibuat berlawanan dengan hasil cetaknya.
Di dalam pembuatan serta perencanaan modul gambar/desain ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Penggambaran langsung
Penggambaran langsung berarti menggambar secara langsung pada lembar kayu, linoleum, hardboard, atau karet vinyl. Proses pembuatan sketsa gambar dapat dilakukan dengan menggunakan pensil atau marker pada permukaan lembar kayu, linoleum, atau hardboard. Namun, apabila acuan cetak atau plat menggunakan karet vinyl, sebaiknya proses penggambaran dilakukan dengan menggunakan pensil warna putih atau dermatograph warna putih, agar modul gambar terlihat jelas pada plat.
2. Pemindahan/penjiplakkan gambar
Cara ini dilakukan dengan terlebih dahulu membuat sketsa gambar pada kertas transparan atau kertas kalkir. Kemudian sketsa gambar pada kertas karkil tersebut dijiplak atau dipindahkan ke plat sebagai acuan cetak. Namun, bisa juga kertal kalkir tersebut langsung direkatkan pada plat sebagai acuan cetak.
3. Setting komputer
Setting komputer merupakan perpaduan cara manual dengan komputer, sehingga akan menghasilkan modul gambar yang sempurna. Tetapi, sebelumnya tetap harus membuat konsep tulisan atau sketsa gambar terlebih dahulu, meskipun finishing-nya dibantu dengan komputer. Sketsa gambar merupakan hasil print-out pada kertas transaparan atau kertas kalkir. Kemudian hasil print-out tersebut dijiplak atau dipindahkan ke plat sebagai acuan cetak. Namun, dapat juga kertas kalkir tersebut langsung direkatkan pada plat sebagai acuan cetak.
Peralatan untuk seni cetak tinggi sangatlah beragam, tergantung pada kebutuhan masing-masing. Di dalam proses produksi, penggunaan alat yang tepat akan menghasilkan hasil cetak yang baik pula. Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan harus disesuaikan untuk mencapai kualitas yang diharapkan. Secara umum peralatan yang dibutuhkan, di antaranya:
1. Plat atau acuan cetak
Sejumlah bahan dapat digunakan sebagai media untuk membuat acuan cetak tinggi. Namun, jika mengingat harus mencetak karya dengan jumlah yang relatif banyak, maka bahan yang dipilih adalah bahan atau plat yang paling kuat agar bentuk tidak menjadi berubah atau rusak sebelum pekerjaan selesai. Bahan untuk plat cetak umumnya harus stabil, konsisten, dan cukup akurat. Termasuk dapat dikerjakan dengan mudah, sesuai dengan ketajaman alat cukil atau pahat sehingga bekas cukilan menjadi bersih dan jelas. Beberapa alternatif plat cetak, antara lain papan kayu, linoleum, hardboard dengan permukaan halus, dan karet vinyl. Untuk penggunaan papan kayu, hampir semua jenis kayu memungkinkan untuk dicukil, asalkan permukaannya rata dan licin, tidak berbulu, atau terlalu berserat. Hardboard adalah salah alternatif bahan termurah, bahan ini agak serupa dalam keseragaman tekstur permukaannya dengan kualitas permukaan linoleum, walaupun tidak begitu mudah untuk dikerjakan. Linoleum memiliki beberapa kualitas kehalusan, dapat dipahat dalam berbagai arah dan memungkinkan untuk membuat hasil cukilan yang sangat detail. Kelebihan linoleum dibandingkan bahan lainnya adalah lebih halus dan kerapatannya yang merata, oleh karena itu lebih mudah untuk dikerjakan. Namun di Indonesia, linoleum sulit ditemukan, jadi alternatif penggantinya adalah karet vinyl.
2. Pisau cukil
Pisau cukil digunakan untuk mencukil bagian dari plat atau acuan cetak yang tidak digunakan untuk menghantarkan tinta. Mata pisaunya terbuat dari besi baja, dengan tangkai yang dibuat dari kayu, plastik, atau besi. Cara penggunaannya seperti memegang pensil atau pulpen layaknya menggambar, tidak dipukul seperti pahat ukir. Pisau cukil yang digunakan bermacam-macam bentuknya. Bentuk mata pisau dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan, antara lain bentuk U (lengkung), bentuk V (lancip), dan bentuk datar. Bentuk U (lengkung) berguna untuk membuat cukilan yang membulat atau melengkung. Bentuk V (lancip) berguna untuk membuat cukilan bidang yang tajam. Bentuk datar berguna untuk membuat cukilan berupa garis-garis yang datar. Perawatan alat cukil pada dasarnya hampir sama dengan perawatan alat ukir.
3. Pensil
Pensil digunakan untuk membuat modul gambar/desain pada acuan cetak atau plat. Selain itu, digunakan untuk menandai ukuran serta memindahkan modul gambar yang dibuat di kertas transparan atau kertas kalkir ke plat atau acuan cetak. Pensil sendiri ada beberapa jenis ukuran, terlihat dari keras dan lunaknya, contoh 2B, 4B, 6B, dan sebagainya. Sedangkan untuk membuat modul gambar/desain pada acuan cetak yang menggunakan bahan karet vinyl (karena permukaannya berwarna hitam), agar modul gambar terlihat jelas, dapat menggunakan pensil dermatograph atau pensil warna putih.
4. Rol karet
Rol karet berfungsi untuk menghantarkan truthful cat atau tinta dari kaca setelah mengalami proses pengolahan, ke permukaan plat yang timbul atau yang akan dicetak. Alat ini terbuat dari karet dengan pegangan plastik, kayu, atau besi.
5. Kaca
Kaca digunakan sebagai media untuk mengolah tinta. Tinta ditorehkan pada kaca untuk diproses sebelum dihantarkan ke plat atau acuan cetak.
6. Kape
Alat ini digunakan untuk mengaduk dan mencampur tinta ke permukaan kaca.
7. Hand Press
Ala ini merupakan alat tekan yang digunakan untuk mencetak acuan atau plat ke bidang kertas. Alat ini tidak terlalu utama, apabila tidak ada dapat digantikan dengan sendok.
8. Tinta cetak
Tinta cetak sebagai bahan pewarna untuk mencetak plat atau acuan cetak ke bidang kertas. Seiring dengan perkembangan zaman, tinta tidak lagi hanya berwarna hitam, tersedia aneka pilihan warna sesuai dengan selera.
9. Lem
Lem digunakan untuk menempelkan modul gambar pada kertas transparan atau kertas kalkir ke plat atau acuan cetak yang akan dicukil, agar modul gambar tersebut tidak lepas pada saat proses cukil berlangsung.
10. Kertas yang akan dicetak
Kertas ini merupakan bidang kertas yang akan dicetak.
Adapun langkah-langkah pembuatan seni cetak tinggi dijabarkan sebagai berikut:
1. Tahap awal yang harus dikerjakan adalah pembuatan rancangan gambar, yang biasa disebut sketsa atau gambar acuan. Proses menggambar dapat dilakukan di atas kertas transparan atau kalkir terlebih dahulu, baru direkatkan pada plat atau acuan cetak. Teknik menggambar dapat dilakukan secara manual, menggunakan pensil atau dermatograph putih, atau berupa hasil print-out komputer, baru kemudian dijiplak atau ditempelkan pada plat atau acuan cetak yang diinginkan.
2. Setelah selesai membuat gambar acuan, dapat dilanjutkan dengan proses cukil. Namun, jika pembuatan sketsa gambar dilakukan di atas kertas transparan atau kertas kalkir, maka kertas tersebut harus direkatkan terlebih dahulu ke plat atau acuan cetak yang akan dicukil. Alat yang digunakan untuk mencukil adalah pisau cukil. Teknik mencukil ini hendaknya memperhatikan arah serat papan kayu, harap berhati-hari dikarenakan kondisi mata pisau cukilnya tajam. Mata pisau yang tajam akan membuat bekas cukilan menjadi bersih dan jelas. Bagian yang tidak akan dicetak atau tidak digunakan untuk menghantarkan tinta akan dicukil dengan menggunakan pisau cukil, sedangkan bagian yang akan dicetak akan tetap sejajar dengan permukaan plat atau acuan cetak.
3. Setelah selesai dicukil, maka plat atau acuan cetak terlihat memiliki permukaan yang dalam seperti relief. Sebelum memulai proses cetak, plat atau acuan cetak diberi garis batas dengan menggunakan pensil, fungsinya agar proses cetak akurat.
4. Selanjutnya proses cetak dapat dimulai. Pertama ambil tinta secukupnya dengan alat bantu yang dinamakan kape. Letakkan tinta tersebut di atas permukaan kaca yang berfungsi sebagai landasan untuk mengolah tinta.
5. Kemudian ratakan tinta tersebut untuk diproses dengan menggunakan rol karet.
6. Setelah tinta selesai diproses, pindahkan tinta tersebut pada permukaan plat yang akan dicetak dengan bantuan rol karet. Pastikan tinta tersebut merata ke seluruh permukaan plat atau acuan cetak.
7. Apabila tinta telah merata ke seluruh permukaan plat atau acuan cetak yang timbul, maka proses cetak dapat mulai dikerjakan. Letakkan plat atau acuan cetak di atas selembar kertas yang bersih, yang berfungsi sebagai alas kerja. Kemudian tempelkan kertas yang akan dicetak di atas plat atau acuan cetak.
8. Proses cetak plat ke kertas dengan menggunakan etching machine, atau hand press. Namun, apabila tidak mempunyai salah satu dari alat tersebut, ada cara yang lebih sederhana, yakni digosok menggunakan sendok atau bahkan hanya diratakan dengan tangan saja. Pastikan sendok tersebut digosok merata ke seluruh permukaan kertas, sehingga diperoleh hasil cetak yang maksimal. Apabila kurang merata, hasil akan menjadi kurang jelas dan kurang tajam. Setelah selesai dicetak, hasilnya dapat digantungkan sehingga cepat kering atau hanya dengan didiamkan saja untuk sementara waktu.
9. Setelah mencetak, agar plat atau acuan cetak tersebut dapat digunakan kembali untuk mencetak di lain waktu, segera cuci plat tersebut dengan air dan minyak tanah untuk menghilangkan gumpalan-gumpalan tinta yang menempel di sela-sela permukaan plat.
10. Apabila dalam proses cetak terdapat hambatan, misalnya hasil cetak lama-lama kurang jelas dan kurang tajam, mungkin ada gumpalan tinta yang membuat plat tersumbat. Jadi, lakukan pembersihan plat terlebih dahulu dengan air dan minyak tanah. Setelah plat tersebut kering, proses cetak dapat dilanjutkan kembali.
Sumber https://www.tintapendidikanindonesia.com/
Post a Comment
Post a Comment