-->

√ Programme Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Dan Santun (5S)


Program Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun (5S)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

 khususnya bagi masyarakat Republic of Indonesia sejak masih kecil hingga dewasa √  Program Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun (5S)

Program Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun (5S) sebenarnya sudah membudaya, diajarkan nenek moyang kita, khususnya bagi masyarakat Republic of Indonesia sejak masih kecil hingga dewasa. Misalnya pada filsafat pergaulan masyarakat Jawa mengenal “unggah-ungguh, tata krama, tepa salira, dan lain-lain”, yang memiliki prinsip sama dengan 5S.
Menurut Oetomo (2012, hlm. 15-16) “program 5S sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat”. Program 5S ini menciptakan suasana saling menghormati antar sesama dalam pergaulan yang harmonis, kepada siapapun, di manapun, dan kapanpun. Penerapan plan 5S akan membuat orang lain lebih menghargai dan dihargai dengan keberadaan kita.
Lebih lanjut, pengertian plan 5S, dijabarkan sebagai berikut:
1. Senyum
Menurut Hadi (2013, hlm. 37-38) “senyum adalah ekspresi wajah yang dapat terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau kedua ujungnya, atau pula di sekitar mata”. Kebanyakan orang senyum untuk menampilkan kebahagiaan dan rasa senang. Senyum datang dari rasa kebahagiaan atau kesengajaan karena adanya sesuatu yang membuat dia senyum. Seseorang sendiri jika senyum umumnya bertambah baik raut wajahnya atau menjadi lebih cantik ketimbang ketika dia biasa saja atau ketika dia marah.
Menurut Oetomo (2012, hlm. 19) “senyum adalah pancaran wajah dan bahasa tubuh yang dapat mengungkapkan rasa senang, ramah, gembira, menghargai orang lain, dan suka hati”. Tersenyum dapat membuat kita diterima dengan mudah di banyak kalangan masyarakat. Dengan senyum, kita akan selalu dapat berarti bersikap baik, menghormati, rasa tulus, dan bernuansa positif.
2. Salam
Menurut Sutarno (2008, hlm. 38) “kata salam berasal dari bahasa Ibrani, syalom yang berarti damai”. Damai mengandung unsur silaturahmi, sukacita, dan sikap atau pernyataan hormat kepada orang lain.
Menurut Oetomo (2012, hlm. 17) “salam adalah tegur sapa penuh hormat dan rasa damai dari orang satu ke orang lain”. Salam menciptakan suasana saling menghargai. Misalnya setiap kali masuk ruangan atau masuk rumah, kita memberi salam. Bertemu tetangga, guru, atau teman, di mana saja, kita sebaiknya juga mengucapkan salam. Kata salam membuat hati orang lain menjadi tenang.
3. Sapa
Sapa atau biasa disebut menyapa merupakan suatu bentuk perilaku kita untuk menghargai orang lain. Menurut Sutarno (2008, hlm. 36) “menyapa identik dengan menegur, lebih jauh menyapa dapat berarti mengajak seseorang untuk bercakap-cakap”. Tegur sapa dapat memudahkan siapa saja untuk bergaul akrab, saling kontak, dan berinteraksi.
4. Sopan
Menurut Oetomo (2012, hlm. 20) “sopan adalah sikap hormat dan beradab dalam berperilaku”. Perilaku sopan mencerminkan perilaku diri sendiri, karena sopan memiliki arti hormat, taat, dan tertib menurut adat. Maka, sopan wajib kita lakukan setiap bertemu orang lain sebagai wujud kita dalam menghargai orang lain. Sesama manusia memiliki keinginan untuk dihargai, itulah alasan mengapa kita harus senantiasa sopan terhadap orang lain.
5. Santun
Menurut Mustari (2014, hlm. 129) “santun adalah sifat yang halus dan baik hati dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilaku ke semua orang”. Sedangkan menurut Oetomo (2012, hlm. 21) “santun diartikan sebagai sikap berbicara dengan sabar dan tenang, baik budi bahasanya dalam bertutur dengan penuh rasa toleransi, dan suka menolong”. Inti bersikap santun, yaitu perilaku interpersonal sesuai tata norma dan adat istiadat setempat.
Ucapan salam di samping sebagai do’a bagi orang lain juga sebagai bentuk persaudaraan antar sesama manusia. Menurut Putra (2015, hlm. 16) tujuan dari plan 5S “dapat menjadikan komunitas masyarakat yang memiliki rasa kedamaian, santun, saling tenggang rasa, toleran, dan rasa hormat”. Sedangkan jika dilihat dari unsur santun dan toleransi antar siswa dapat saling menghormati antara yang muda dengan yang lebih tua, menghormati perbedaan pemahaman agama, bahkan saling menghormati antar agama yang berbeda. Oleh karena itu, dengan adanya plan 5S di setiap sekolah dapat meningkatkan rasa kedamaian antar sesama.
Program 5S memiliki sejumlah indikator, di antaranya:
1. Memiliki rasa kedamaian.
2. Bersikap sopan dan santun.
3. Saling tenggang rasa.
4. Toleransi antar siswa dengan saling menghormati antara yang muda dengan yang lebih tua.
5. Menghormati antar sesama.
6. Menghormati perbedaan pemahaman agama.
7. Saling menghormati antar agama yang berbeda.
Pelaksanaan plan 5S di setiap sekolah diselenggarakan oleh warga sekolah. Cara untuk melaksanakan plan 5S ini tentunya akan ada kegiatan-kegiatan yang mendukung guna terselenggaranya plan ini. Sebelum plan 5S diterapkan pada siswa di sekolah, tentunya guru-guru harus memberikan contoh terlebih dahulu dengan cara mempraktikkan dengan sesama rekan guru tersebut. Dengan demikian, siswa akan melihat dan mencontohnya. Kepala sekolah dan guru juga harus mensosialisasikan plan 5S ini pada siswa di sekolah. Cara mensosialisasikannya dapat dengan berbagai macam cara, salah satunya yaitu dengan membuat semacam poster budaya 5S yang diletakkan di dekat taman tempat siswa bermain atau di dalam kelas. Selain itu, wujud kongkret pengimplementasian plan 5S yaitu pada pagi hari ketika siswa masuk ke gerbang sekolah, semua guru harus berjejer menyambut kedatangan siswa dengan memberikan senyuman, sapaan, salam, sopan, dan santun kepada siswa ataupun orang tua/wali siswa yang mengantar siswa ke sekolah.

Referensi
Hadi, S. (2013). Keajaiban Senyuman. Yogyakarta: Gava Media.
Mustari, M. (2014). Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Oetomo, H. (2012). Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya.
Putra, K. S. (2015). Implementasi Pendidikan Agama Islam melalui Budaya Religius (Religius Culture) di Sekolah. Jurnal Kependidikan, 3,(2), hlm. 14-23.
Sutarno, A. (2008). Etiket Kiat Serasi Berelasi. Yogyakarta: Kasinius.

Sumber https://www.tintapendidikanindonesia.com/

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter