Kerajaan Demak
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 Masehi. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri Champa dari Tiongkok. Raden Patah secara diam-diam pergi ke Jawa yang tepatnya di Surabaya dan berguru kepada Sunan Ampel. Kemudian Sunan Ampel memerintahkan kepada Raden Patah supaya pindah ke Jawa Tengah untuk membuka hutan Glagah Wangi atau Bintara lalu mendirikan pesantren. Lambat laun, banyak yang menjadi santri di pesantren tersebut, pada akhirnya Demak berkembang pesat. Raden Patah dikukuhkan menjadi Adipati Demak oleh ayahnya, Brawijaya V dan mengganti nama Demak menjadi Bintara, yang akhirnya disebut Demak Bintara.
Suatu ketika, Majapahit mengalami kelemahan dengan adanya pemberontakan dan perebutan kekuasaan antar keluarga kerajaan. Melihat situasi tersebut, Raden Patah memanfaatkannya untuk melepaskan diri dari Kerajaan Majapahit. Dibantu para Bupati, Raden Patah akhirnya menyerang Majapahit pada masa pemerintahan Brawijaya VI. Kemudian berdirilah Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa di bawah kepemimpinan Raden Patah sebagai raja pertama Kerajaan Demak.
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah, tetapi pada awal kemunculannya Kerajaan Demak mendapat bantuan dari para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam. Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Kala itu, wilayah Demak terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat itu agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang. Namun, sejak abad ke-18 jalan pintas itu tidak dapat dilayari setiap saat.
Letak Demak yang sangat strategis di jalur perdagangan nusantara memungkinkan Demak berkembang sebagai kerajaan maritim. Pada kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah di Republic of Indonesia bagian Timur dan penghasil rempah Republic of Indonesia di bagian Barat. Hal ini juga didukung oleh penguasaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai Pulau Jawa. Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditas utama perdagangan.
Berdirinya Kerajaan Demak banyak didorong oleh latar belakang untuk mengembangkan dakwah Islam. Oleh karena itu, tidak heran jika Demak gigih melawan daerah-daerah yang ada di bawah pengaruh asing. Berkat dukungan Wali Songo, Demak berhasil menjadikan diri sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang memiliki pengaruh cukup luas. Untuk mendukung dakwah pengembangan agama Islam, dibangun Masjid Agung Demak sebagai pusat pengembangan agama Islam. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan pada agama dan budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam di Pulau Jawa.
Demak mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546), yakni raja ketiga setelah Pati Unus. Sultan Trenggono merupakan anak dari Raden Patah, adik dari Pati Unus. Pada masa pemerintahannya, Demak menguasai Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau para tentara Portugis yang mendarat di sana. Kemudian pada tahun 1546, Sultan Trenggono meninggal dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan.
Wafatnya Sultan Trenggono menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Keraton Demak. Negeri-negeri bagian berusaha melepaskan diri dan tidak mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trenggono adalah Pangeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang bernama Arya Penangsang, anak laki-laki dari Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa lama karena ia kemudian dikalahkan oleh Jaka Tingkir yang dibantu oleh Kyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta Kyai Penjawi. Jaka Tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahan dari Demak ke Pajang pada tahun 1568, yang menandakan berakhirnya Kerajaan Demak.
Adapun peninggalan Kerajaan Demak, antara lain:
1. Masjid Agung Demak
2. Makam Sunan Kalijaga
3. Pintu Bledeg
4. Bedug dan kentongan
5. Piring Campa
Post a Comment
Post a Comment