Mobilitas Sosial
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Mobilitas sosial adalah bentuk perpindahan condition dan peranan seseorang atau sekelompok orang dari kelas sosial yang lebih rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi atau sebaliknya (vertikal) atau juga perpindahan kelas sosial dengan derajat yang searah (horizontal). Mobilitas sosial dapat berupa peningkatan atau penurunan dari segi condition dan peranan seseorang atau sekelompok orang yang biasanya dilihat dari segi penghasilan yang diperolehnya.
Tingkat mobilitas sosial pada masing-masing masyarakat berbeda-beda. Pada masyarakat yang bersistem kelas sosial terbuka, maka mobilitas sosial warga masyarakatnya akan cenderung tinggi. Tetapi, sebaliknya pada sistem kelas sosial tertutup, misalnya masyarakat feodal atau masyarakat bersistem kasta, maka mobilitas sosial warga masyarakatnya akan cenderung sangat rendah dan sangat sulit diubah atau bahkan sama sekali tidak ada.
Mobilitas sosial dipandang sebagai salah satu gejala yang ditujukan pada gerak berpindahnya condition sosial satu ke condition sosial lainnya. Gerak sosial diartikan sebagai gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi kelompok sosial. Struktur sosial sendiri mencakup sifat-sifat dari hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dan kelompoknya. Tipe-tipe gerak sosial pada prinsipnya terdapat dua macam, yakni:
1. Gerak sosial horizontal, yaitu peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya, dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial lainnya dalam posisi yang sederajat.
2. Gerak sosial vertikal, yaitu perpindahan individu atau objek sosial dari kedudukan sosial yang satu ke kedudukan sosial lainnya dalam posisi yang tidak sederajat. Berdasar arahnya, dalam gerak sosial vertikal dibedakan menjadi dua macam, yakni gerak sosial naik (social climbing) dan gerak sosial turun (social sinking).
Kedua macam mobilitas sosial ini dijelaskan lebih detail, sebagai berikut:
1. Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas sosial horizontal adalah peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya, dari kelompok sosial satu ke kelompok sosial lainnya dalam posisi yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosial horizontal. Ciri utama mobilitas sosial horizontal adalah lapisan sosial yang ditempati tidak mengalami perubahan.
2. Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari kedudukan sosial yang satu ke kedudukan sosial lainnya dalam posisi yang tidak sederajat. Berdasarkan arah perpindahan individu atau objek dari kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya pada mobilitas sosial vertikal terbagi atas dua, antara lain:
a. Mobilitas sosial meningkat (social climbing), yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi. Misalnya seorang staf yang dipromosikan naik pangkat menjadi kepala bagian di sebuah perusahaan.
b. Mobilitas sosial menurun (social sinking), yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial yang lebih rendah posisinya. Misalnya, seorang pengusaha yang jatuh miskin karena bangkrut.
Pitrim A. Sorokin (dalam Dwi dan Bagong, 2010, hlm. 210-211) mengemukakan bahwa di dalam mobilitas vertikal dapat dilakukan lewat beberapa saluran penting, seperti:
a. Angkatan bersenjata
Di dalam keadaan perang di mana setiap negara menghendaki kemenangan, maka jasa seorang prajurit tanpa melihat statusnya akan dihargai dalam masyarakat. Karena jasanya dapat memenangkan peperangan, maka kemungkinan dapa menanjak kedudukannya dan dapat memperoleh kekuasaan dan wewenang tertentu.
b. Lembaga-lembaga pendidikan
Pada umumnya lembaga pendidikan dinilai merupakan saluran yang konkrit dari mobilitas vertikal, bahkan lembaga pendidikan formal dianggap sebagai social nurture yang bergerak dari kedudukan rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
c. Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat, akan tetapi pemuka-pemuka agama selalu berusaha keras untuk menaikkan mereka yang berkedudukan rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
d. Organisasi politik
Saluran ini dalam banyak kasus terbukti memberi kesempatan yang cukup besar bagi setiap anggotanya untuk naik dalam tangga kedudukan dalam masyarakat.
e. Organisasi ekonomi
Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahaan maupun jasa, umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal.
Referensi
Dwi, N. J., & Bagong, S. (2010). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media Group.
Sumber https://www.tintapendidikanindonesia.com/
Post a Comment
Post a Comment