Tes Potensi Akademik (TPA)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Tes Potensi Akademik (TPA) adalah sebuah tes yang bertujuan untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di bidang keilmuan atau akademis. Oleh karena itu, TPA sering dihubungkan dengan kecerdasan seseorang. Tes Potensi Akademik identik dengan tes Graduate Record Examination (GRE) sebagai standar internasional. Model, materi, dan bidang yang diujikan dalam TPA sebagian besar merujuk kepada tes GRE. Tes GRE telah menjadi standar internasional syarat penerimaan mahasiswa di Perguruan Tinggi.
Di Perguruan Tinggi, TPA merupakan suatu standar tes yang bertujuan untuk mengukur potensi akademik calon mahasiswa dengan membandingkan potensi satu calon mahasiswa dengan mahasiswa lain secara lebih objektif, baik itu calon mahasiswa S1, S2, atau S3. TPA masuk ke Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) untuk S1 sudah diberlakukan sejak tahun 2012. TPA biasanya diselenggarakan oleh beberapa perusahaan atau lembaga tertentu, seperti misalnya Program Pascasarjana Universitas tertentu secara independen atau Unit Pelayanan Penyelenggaraan Tes Potensi Akademik (UPP-TPA) Bappenas yang bekerjasama dengan Program Pascasarjana Universitas tertentu. Untuk itu, TPA sering disebut sebagai TPA OTO Bappenas.
Saat ini, TPA telah menjadi tes standar dalam seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), penerimaan karyawan swasta, dan karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bahkan kenaikan jabatan setingkat manajer di berbagai perusahaan juga mempersyaratkan karyawannya untuk mengikuti tes TPA dengan skor minimum tertentu. TPA juga umum dipakai sebagai tes penerimaan mahasiswa untuk jenjang S2 dan S3.
TPA sebagai tes pertama kali dikembangkan bersamaan dengan berdirinya Overseas Training Office (OTO) Bappenas pada tahun 1984. Tugas OTO Bappenas pada waktu itu adalah mengelola dan mengkoordinasikan dana hibah luar negeri untuk peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) melalui programme beasiswa S2 dan S3 luar negeri.
Dari pelaksanaan tes pertama tersebut ternyata mendapat sambutan positif dari beberapa departemen dan lembaga not departemen yang menyatakan bahwa TPA sangat sesuai digunakan sebagai salah satu alat seleksi bagi calon peserta programme S2 dan S3 luar negeri. Dari analisis special soal-soal TPA menunjukan bahwa validitas dan reliabilitas TPA cukup tinggi. Untuk menjaga kualitas dan kredibilitas TPA, OTO Bappenas secara periodik bekerjasama dengan konsultan dan lembaga, baik dari dalam maupun luar negeri dalam pengembangan TPA. Selain itu, OTO Bappenas juga terus memperbaiki sistem pendaftaran, pengadaan bahan, pelaksanaan tes, penilaian, dan penyampaian hasil kepada peserta.
Adapun ragam dari soal Tes Potensi Akademik ini adalah terdiri atas tes verbal (bahasa), tes numerik (angka), dan tes logika. Ragam jenis tes tersebut dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Tes verbal
Tes verbal berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, tes pengelompokan kata, dan missing give-and-take exam (melengkapi kalimat yang hilang).
Tes verbal adalah tes yang didesain untuk menentukan sebaik apakah kemampuan seseorang dalam berbahasa, yang sering kali digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kemungkinan keberhasilan di masa yang akan datang. Tes verbal juga mengandung arti suatu penilaian yang dilakukan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memfungsikan bahasa efektif atau yang dikenal sebagai bahasa baku. Tes ini dirancang untuk mengukur kemampuan seseorang untuk memahami konsep-konsep dibingkai dalam kata-kata, kemampuan seseorang untuk menemukan kesamaan di antara konsep-konsep yang berbeda dan untuk memanipulasi ide-ide pada tingkat abstrak.
Jenis-jenis tes verbal dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Tes sinonim (persamaan kata)
Soal dari tes persamaan kata ini meminta kita untuk mencari satu kata yang setara atau sama serupa maknanya dengan makna kata tertentu yang diminta.
b. Tes antonim (lawan kata)
Tes lawan kata ini cukup sederhana. Kita diminta untuk mencari lawan kata atau kata yang bertentangan dengan kata tertentu.
c. Tes padanan hubungan kata
Tes ini meminta kita untuk mengidentifikasi atau mencari kesetaraan atau padanan hubungan antar kata yang diberikan. Kesetaran hubungan ini harus kita analisis secara cermat untuk mendapatkan jawaban yang tepat. Tes ini mengukur kemampuan logika kita terhadap sebuah kondisi, untuk melihat sejauh mana kita memahami sebab-akibat suatu permasalahan.
d. Tes pengelompokan kata
Tes ini meminta kita untuk menganalisis satu kata yang tidak identik atau tidak serupa atau tidak masuk dalam kelompok kata yang lainnya.
e. Missing give-and-take test
Pada tes ini, kita diminta untuk melengkapi atau mengisi kata yang hilang pada kalimat di soal. Kunci utama pada soal seperti ini terletak pada kecepatan dan daya kerja yang konsisten.
2. Tes numerik
Tes numerik (angka) berfungsi mengukur kemampuan seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur dan logis matematis. Tes numerik ini meliputi tes aritmatik (hitungan), tes seri angka, tes seri huruf, tes logika angka, dan tes angka dalam cerita yang dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Tes aritmatik (hitungan)
Soal jenis ini sebenarnya cukup sederhana. Karena hanya merupakan hitungan dasar. Namun, soal-soal aritmatik dalam tes TPA seringkali menyajikan angka-angka yang cukup sulit dan rumit. Oleh karena itu, bagi peserta ujian yang tidak teliti, umumnya akan kesulitan dan mudah terpeleset hasil hitungannya.
b. Tes seri angka
Untuk mengerjakan tes seri angka ini, peserta harus mampu menganalisis deret urutan paling logis dan konsisten dari angka-angka yang diberikan. Terkadang seolah ada dua jawaban yang memungkinkan. Namun, sesungguhnya hanya ada satu pilihan jawaban yang benar.
c. Tes seri huruf
Tes seri huruf hampir sama dengan tes seri angka. Peserta diminta untuk mencari deret urutan huruf selanjutnya dari deretan huruf yang ada. Untuk mendapatkan jawaban, seorang peserta memang harus jeli dan banyak berlatih untuk mempertajam daya analisis dan kejeliannya.
d. Tes logika angka
Pada tes ini, peserta harus mampu membuat penalaran logis terhadap satu atau serangkaian persamaan angka-angka yang ada.
e. Tes angka dalam cerita
Di dalam tes ini, peserta diminta untuk menjawab pertanyaan mengenai angka-angka yang dimasukkan dalam sebuah cerita. Peserta harus mampu menganalisis nilai angka secara tepat.
3. Tes logika
Tes logika berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara logis atau masuk akal. Tes logika ini meliputi tes logika umum, tes analisis pernyataan dan kesimpulan (silogisme), tes logika cerita, dan tes logika gambar yang dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Tes logika umum
Pada jenis soal ini, peserta diminta untuk melakukan penalaran yang masuk akal (logis) dari pernyataan singkat yang diberikan.
b. Tes analisis pertanyaan dan kesimpulan (silogisme)
Jenis soal ini, peserta diminta untuk menganalisis apakah suatu pernyataan dan kesimpulan yang diambil dalam sebuah soal itu sudah benar.
c. Tes logika cerita
Di dalam jenis soal ini, kita diminta untuk mempelajari suatu cerita singkat dan kemudian melakukan penalaran terhadap setiap pertanyaan yang diberikan berdasarkan informasi dari cerita. Umumnya jawaban dari soal jenis ini tidaklah eksplisit (terlihat langsung dalam cerita), namun kita harus melakukan penalaran terlebih dahulu, untuk kemudian bisa menemukan jawaban yang benar.
d. Tes logika gambar
Pada soal tes jenis ini, peserta diminta untuk melakukan penalaran terhadap gambar yang telah disediakan dalam soal. Soal jenis ini terkadang terlihat mudah, namun bila tidak berhati-hati kita akan sering terjebak memilih jawaban yang keliru.
Sumber https://www.tintapendidikanindonesia.com/
Post a Comment
Post a Comment