Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Model pembelajaran search, solve, create, and percentage (SSCS) adalah model pembelajaran yang di setiap fase nya melibatkan peserta didik dan dapat memfasilitasi terjadinya latihan berpikir peserta didik. Baroto (dalam Ramson, 2010, hlm. 15) menyatakan bahwa search, solve, create, and percentage (SSCS) merupakan “model pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving, didesain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu”. Sedangkan menurut Pizzini (dalam Irwan, 2011, hlm. 5) mengatakan “model pembelajaran search, solve, create, and percentage (SSCS) ini mengacu pada empat langkah penyelesaian masalah yang urutannya dimulai pada menyelidiki masalah (search), merencanakan pemecahan masalah (solve), mengontruksi pemecahan masalah (create), dan yang terakhir adalah mengomunikasikan penyelesaian yang diperolehnya (share)”.
Secara rinci kegiatan yang dilakukan peserta didik pada keempat fase tersebut menurut Irwan (2011, hlm. 8) dijabarkan pada tabel berikut:
Fase | Kegiatan yang dilakukan |
Search (menyelidiki masalah) | Memahami soal atau kondisi yang diberikan kepada peserta didik, yang berupa apa yang diketahui, apa yang tidak diketahui. |
Melakukan observasi dan investigasi terhadap kondisi tersebut. | |
Membuat pertanyaan-pertanyaan kecil. | |
Menganalisis informasi yang ada sehingga terbentuk sekumpulan ide. | |
Solve (merencanakan pemecahan masalah) | Menghasilkan dan melaksanakan rencana untuk mencari solusi. |
Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif, membentuk hipotesis yang dalam hal ini merupakan dugaan jawaban. | |
Memilih metode untuk memecahkan masalah. | |
Mengumpulkan information dan menganalisis. | |
Create (mengontruksi pemecahan masalah) | Mencipatakan produk yang berupa solusi masalah yang berdasarkan dugaan yang telah dipilih pada fase sebelumnya. |
Menguji dugaan yang dibuat apakah benar atau salah. | |
Menampilkan hasil yang sekreatif mungkin. | |
Share (mengomunikasikan penyelesaian yang diperolehnya) | Berkomunikasi dengan guru, teman sekelompok dan kelompok lain atas temuan solusi masalah. |
Mengartikulasikan pemikiran mereka, menerima umpan balik, dan mengevaluasi solusi. |
Melalui model ini, Ramson (2010, hlm. 17) menjelaskan bahwa “para peserta didik akan mampu menjadi seorang eksplorer (mencari penemuan terbaru), invertor (mengembangkan ide atau gagasan untuk mampu menjadi penguji baru yang inovatif), desainer (mengkreasi rencana dan model terbaru), pengambilan keputusan, berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana, dan sebagai komunikator (mengembangkan metode dan teknik untuk bertukar pendapat dan berinteraksi).
Peran guru dalam model pembelajaran search, solve, create, and percentage (SSCS) menurut Ramson (2010, hlm. 20) menjelaskan bahwa memfasilitasi pengalaman untuk menambah pengetahuan peserta didik. Peranan guru dalam setiap fase dijabarkan sebagai berikut:
1. Search (menyelediki masalah)
a. Menciptakan situasi yang dapat mempermudah munculnya pertanyaan.
b. Menciptakan dan mengarahkan kegiatan.
c. Membantu dalam pengelompokkan dan penjelasan permasalahan yang muncul.
2. Solve (merencanakan pemecahan masalah)
a. Menciptakan situasi yang menantang bagi peserta didik untuk berpikir.
b. Membantu peserta didik mengaitkan pengalaman yang sedang dikembangkan dengan ide, pendapat, atau gagasan peserta didik tersebut.
c. Memfasilitasi peserta didik dalam hal memperoleh informasi dan data.
3. Create (mengontruksi pemecahan masalah)
a. Mendiskusikan kemungkinan penetapan audien atau audiensi.
b. Menyediakan ketentuan dalam analisis information dan teknik penayangannya.
c. Menyediakan ketentuan dalam menyiapkan presentasi.
4. Share (mengomunikasikan penyelesaian yang diperolehnya)
a. Menciptakan terjadinya interaksi antara kelompok/diskusi kelas.
b. Membantu mengembangkan metode atau cara-cara dalam mengevaluasi hasil penemuan studi selama presentasi, baik secara lisan maupun tulisan.
Adapun kelebihan dari penggunaan model pembelajaran search, solve, create, in addition to percentage (SSCS), di antaranya:
1. Dapat melayani minat siswa secara lebih luas.
2. Dapat melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
3. Melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses pembelajarannya.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan model pembelajaran search, solve, create, in addition to percentage (SSCS), antara lain:
1. Memerlukan waktu yang relatif lama.
2. Siswa belum terbiasa dalam menerapkan pola pembelajaran berbasis pemecahan masalah.
Referensi
Irwan (2011). Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create, in addition to Share (SSCS) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika. Jurnal Penelitian Pendidikan. 12(1), hlm. 1-13.
Ramson (2010). Model Pembelajaran SCSS untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Topik Cahaya. (Tesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumber https://www.tintapendidikanindonesia.com/
Post a Comment
Post a Comment