Pendekatan Science, Environment, Technology, in addition to Society (SETS)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Istilah Science, environment, technology, in addition to club (SETS) merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada dampak perkembangan sains dan teknologi bagi lingkungan dan masyarakat. Menurut Khasanah (2015, hlm. 271) “kata science, environment, technology, in addition to club (SETS) dimaknai sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar siswa mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi”.
Pendekatan science, environment, technology, in addition to club (SETS) bertujuan untuk memberikan pembelajaran sains secara kontekstual, siswa dibawa ke dalam situasi untuk memanfaatkan konsep sains dalam bentuk teknologi bagi kepentingan masyarakat, dan diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan yang terjadi akibat proses sains tersebut dalam bentuk teknologi, menjelaskan keterkaitan antara unsur saing yang dibahas dengan lingkungan dan masyarakat. “Siswa dapat diajak membahas science, environment, technology, in addition to club (SETS) dari berbagai macam arah berdasarkan pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa” (Nuryanto dan Binadja, 2010, hlm. 553).
Secara umum pendekatan science, environment, technology, in addition to club (SETS) menurut Yager (dalam Khasanah, 2015, hlm. 275) memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah-masalah lokal yang memiliki kepentingan dan dampak.
2. Penggunaan sumber daya lokal (manusia, benda, dan lingkungan) untuk mencari informasi yang digunakan dalam pemecahan masalah.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam mengumpulkan informasi yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menekankan pada keterampilan proses sebagai upaya untuk memecahkan masalah.
5. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai masyarakat yang mencoba untuk berpartisipasi dalam pemecahan masalah-masalah yang telah teridentifikasi.
Pendekatan pembelajaran science, environment, technology, in addition to club (SETS) terbagi atas enam ranah menurut Poedjiadi (2010, hlm. 131-132) dijabarkan sebagai berikut:
1. Konsep, meliputi penguasaan konsep dasar, fakta, dan generalisasi yang diambil dari bidang ilmu tertentu dan merupakan ciri khas dari masing-masing bidang ilmu.
2. Proses, berarti cara memperoleh konsep atau penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep/melakukan penyelidikan.
3. Kreativitas, mencakup perilaku individu seperti kelancaran, fleksibilitas, originalitas, elaborasi, dan sensitivitas.
4. Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari.
5. Sikap, seperti menyadari kebesaran Tuhan, menghargai karya orang lain, peduli terhadap lingkungan dan masyarakat.
6. Cenderung untuk melakukan tindakan nyata dalam penyelesaian masalah di lingkungan.
Yager (1996, hlm. 10) mengatakan bahwa “pendekatan science, environment, technology, in addition to club (SETS) sangat menekankan konsep dan proses karena akan digunakan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah”. Pendekatan science, environment, technology, in addition to club (SETS) juga sangat berkaitan dengan keterampilan proses, seperti mengamati, mengklarifikasi, mengintepretasi data, memprediksi, mengomunikasikan, dan membuat hipotesis. Pendekatan ini memberikan bekal kepada siswa agar siap dalam menghadapi permasalah di lingkungan. Kemampuan siswa untuk peduli dan aktif dalam memecahkan masalah menjadi salah satu fokus dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ini.
Lebih lanjut Poedjiadi (2010, hlm. 126) merumuskan tahapan dan kegiatan pembelajaran berbasis science, environment, technology, in addition to club (STS) ke dalam lima tahap berikut:
1. Pendahuluan berupa inisiasi/invitasi/apersepsi/eksplorasi
Tahap ini berupa kegiatan pendahuluan yang disebut pula dengan insiasi (mengawali, memulai) dan disebut juga invitasi (mengundang agar siswa memusatkan perhatian pada pembelajaran). Kegiatan apersepsi juga dapat dilakukan pada tahap ini yakni dengan mengaitkan peristiwa yang diketahui oleh siswa dengan materi yang akan dibahas sehingga terlihat adanya kesinambungan pengetahuan.
2. Pembentukan/pengembangan konsep
Proses pemebntukan konsep dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti eksperimen dan diskusi kelompok. Pada akhir tahap ini diharapkan siswa dapat memahami apakah analisis terhadap suatu penyelesaian masalah sudah menggunakan konsep yang benar atau belum.
3. Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari
Berbekal dari pemahaman konsep yang diperoleh pada tahap ini, selanjutnya siswa melakukan analisis isu atau penyelesaian masalah. Siswa mengaplikasikan konsep-konsep yang ia peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemantapan konsep
Selama proses pembentukan konsep dan penyelesaian masalah/analisis isu, guru perlu mengoreksi untuk memeriksa apakah terdapat miskonsepsi. Kegiatan ini disebut dengan pemantapan konsep. Apabila pada tahap sebelumnya tidak terdapat adanya miskonsepsi,, guru tetap memantapkan konsep di akhir pembelajaran.
5. Penilaian
Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Referensi
Khasanah, N. (2015). SETS (Science, Environment, Technology, in addition to Society) sebagai Pendekatan Pembelajaran IPA Modern pada Kurikulum 2013. (Skripsi). Solo: Universitas Negeri Solo.
Nuryanto, & Binadja, A. (2010). Efektivitas Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan SALINGTEMAS Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1), hlm. 552-565.
Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yager, R. E. (1996). Science Technology Society As Reform inwards Science Education. Albany: State University New York Press.
Sumber https://www.tintapendidikanindonesia.com/
Post a Comment
Post a Comment