-->

√ Model Pembelajaran Treasure Hunt


Model Pembelajaran Treasure Hunt
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

menantang siswa untuk mengidentifikasi petunjuk atau  √  Model Pembelajaran Treasure Hunt

Model pembelajaran treasure hunt menantang siswa untuk mengidentifikasi petunjuk atau clue untuk mencapai harta karun. Model treasure hunt merupakan salah satu model yang menggabungkan aktivitas dalam dan luar ruangan. Bellanca (2011, hlm. 196) menyatakan bahwa “treasure hunt merupakan suatu model yang bertujuan untuk menemukan objek-objek yang mewakili konsep-konsep dalam pelajaran, untuk membaca simbol-simbol dari konsep-konsep pelajaran”. Kecerdasan yang sangat terlibat dalam penerapan treasure hunt adalah verbal (linguistik), visual (spasial), dan interpersonal.
Model treasure hunt meningkatkan aktivitas belajar siswa karena pada dasarnya perkembangan siswa terutama siswa sekolah dasar sangat aktif dan suka bermain. Siswa dalam bermain dapat memperoleh berbagai pelajaran seperti meningkatnya sikap kerjasama, bersikap sportif, saling menghargai, dan tentunya dapat meningkatkan aspek kognitifnya.
Model treasure hunt didasari oleh teori konstruktivisme. Menurut Isjoni (2011, hlm. 30) “konstruktivisme menuntut siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada”. Siswa dalam proses ini akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru. Pembelajaran secara konstruktivisme menimbulkan keyakinan kepada diri sendiri dan berani menghadapi serta menyelesaikan masalah dalam situasi pembelajaran yang baru, karena siswa yang belajar secara konstruktivisme diberi peluang untuk membina sendiri pemahaman siswa. Pembelajaran secara konstruktivisme juga membina sendiri pengetahuan, konsep, dan ide secara aktif akan menjadikan siswa lebih paham, lebih yakin, dan bersemangat untuk terus belajar walaupun menghadapi berbagai tantangan.
Ada beberapa tahapan atau fase dalam penggunaan model pembelajaran treasure hunt menurut Kim dan Yao (2010, hlm. 1858) sebagai berikut:
1. Fase penyajian, dalam perkenalan guru memberikan pertanyaan tentang topik yang akan dipelajari melalui treasure hunt. Informasi dasar tersedia dari sebuah sumber dan dapat membantu siswa dengan mudah memahami tujuan dari topik dan pertanyaan.
2. Fase mengingat, setelah siswa menerima perkenalan dari tahap sebelumnya, siswa perlu menjelajah setiap tempat menggunakan clue yang telah diberikan oleh guru. Siswa perlu memahami topik yang terkait, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Siswa mungkin akan menghadapi tantangan saat menjelajah berbagai tempat untuk menemukan harta karun.
3. Fase pengembangan, ketika siswa mendapat bantuan di suatu tempat mereka mungkin mengembangkan ide untuk menjawab pertanyaan melalui proses membangun pengetahuan. Siswa menganalisis informasi yang didapatkan dan menuliskannya ke dalam buku dengan memperhatikan pertanyaan. Dengan demikian, siswa dapat menyusun jawaban yang benar untuk masing-masing pertanyaan.
4. Fase evaluasi, siswa perlu beristirahat ketika mereka menemukan clue pada suatu tempat. Siswa dalam fase evaluasi harus menjawab pertanyaan, yang diterima pada fase pengembangan. Jawaban itu akan dibandingkan dengan kunci jawaban yang disiapkan oleh guru untuk mengetahui apakah siswa lolos tes atau tidak. Jika siswa lolos, maka akan mendapatkan poin dan menerima penghargaan yang berguna dalam menghadapi tantangan yang akan siswa jumpai di putaran yang akan datang. Pemenangnya adalah siswa atau tim dengan jumlah poin terbesar.
Model pembelajaran treasure hunt memiliki sejumlah kelebihan, sebagai berikut:
1. Menumbuhkan sikap kerjasama, karena setiap siswa berkontribusi dalam melakukan permainan.
2. Menimbulkan antusias untuk memecahkan setiap clue, karena setelah memecahkan clue kelompok akan mendapat harta karun.
3. Menumbuhkan semangat siswa dalam memecahkan setiap clue.
Adapun kekurangan model pembelajaran treasure hunt, antara lain:
1. Membutuhkan waktu yang relatif lama.
2. Membutuhkan tempat atau wilayah yang luas untuk menyembunyikan setiap clue yang telah dibuat.

Referensi
Bellanca, J. (2011). 200+ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif untuk Melibatkan Kecerdasan Siswa. Jakarta: PT Indeks.
Isjoni (2011). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kim, D. W., & Yao, J. T. (2010). Influenza A virus subtype H5N1 Treasure Hunt Model for Inquiry Based Learning inwards the Development of a Web-Based Learning Support System. Journal of Universal Computer Science, 16(1), hlm. 1855-1861.

Sumber https://www.tintapendidikanindonesia.com/

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter