Kecerdasan Spiritual
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Kecerdasan spiritual atau spiritual quotient (SQ) merupakan kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu. Menurut Zohar dan Marshall (dalam Siswanto, 2012, hlm. 10) menjelaskan bahwa “kecerdasan spiritual secara terminologi adalah kecerdasan pokok yang dengannya dapat memecahkan masalah-masalah makna dan nilai, menempatkan tindakan atau suatu jalan hidup dalam konteks yang lebih luas, kaya, dan bermakna”. Lebih lanjut, Zohar (dalam Azzet, 2010, hlm. 31) menilai bahwa “kecerdasan spiritual merupakan bentuk kecerdasan tertinggi yang memadukan kedua bentuk kecerdasan sebelumnya, yakni kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang tertinggi karena erat kaitannya dengan kesadaran orang untuk bisa memaknai segala sesuatu dan merupakan jalan untuk bisa merasakan kebahagiaan”.
Berdasar pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dibangun dari dua kecerdasan, yakni intelektual dan emosional. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah orang yang bisa memecahkan permasalahan tidak hanya menggunakan rasio dan emosi saja, namun mereka menghubungkan dengan makna kehidupan secara spiritual. Kecerdasan spiritual yang tumbuh sejak dini akan menjadi kekuatan untuk menjadikan anak yang berani karena keyakinan kepada Tuhan, optimis, dan melakukan kebajikan secara terus menerus.
Menurut Indragiri (2010, hlm. 90) ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan spiritual, sebagai berikut:
1. Anak mengetahui dan menyadari keberadaan Sang Pencipta.
2. Anak rajin beribadah tanpa harus disuruh-suruh atau dipaksa.
3. Anak menyukai kegiatan menambah ilmu yang bermanfaat.
4. Anak senang melakukan perbuatan baik.
5. Anak bersifat jujur.
6. Anak dapat mengambil hikmah dari suatu kejadian.
7. Anak mudah memaafkan orang lain.
8. Anak memiliki selera humour yang baik dan mampu menikmati humour dalam berbagai situasi.
9. Anak pandai bersabar dan bersyukur, batinnya tetap bahagia dalam keadaan apapun.
10. Anak dapat menjadi teladan yang baik bagi orang lain.
11. Anak biasanya memahami makna hidup sehingga ia selalu mengambil jalan yang benar.
Menemukan makna hidup adalah sesuatu yang sangat penting agar seseorang dapat meraih sebuah kebahagiaan. Orang-orang yang tidak bisa menemukan makna hidup biasanya merasakan jiwanya hampa. Alangkah ruginya di dunia yang hanya sementara ini, jika seseorang tidak menemukan makna dalam kehidupannya. Adapun langkah-langkah mengembangkan kecerdasan spiritual menurut Azzet (2010, hlm. 50), antara lain:
1. Membiasakan diri berpikir positif
Berpikir positif yang paling mendasar untuk dilatihkan pada anak-anak adalah berpikir positif kepada Tuhan yang telah menetapkan takdir bagi manusia. Hal ini penting, di samping agar hubungan dengan Tuhan senantiasa dekat, juga memudahkan seseorang menemukan jalan hidup. Manusia memang mempunyai kebabasan untuk berusaha semaksimal mungkin agar dapat meraih apa yang telah menjadi harapan atau cita-cita, namun ketika hasilnya ternyata tidak sesuai dengan apa yang telah diharapkan, inilah takdir Tuhan yang harus diterima dengan sabar. Di sinilah dibutuhkan seseorang untuk berpikir positif kepada Tuhan bahwa apa yang telah diputuskan-Nya itu adalah yang terbaik sambil terus berintropeksi guna melangkah lebih baik lagi.
Berpikir positif juga dapat dilatihkan kepada anak-anak dengan cara terus menerus membangun semangat dan rasa optimis dalam menghadapi segala sesuatu. Orang yang memiliki semangat akan lebih mudah meraih apa yang diinginkannya, termasuk mengatasi segala tantangan dan hambatan yang menghadang karena ia telah berpandangan secara positif terhadap langkah-langkahnya. Demikian pula dengan orang yang memiliki rasa optimis, biasanya akan selalu positif dalam memandang segala sesuatu.
2. Memberikan sesuatu yang terbaik
Orang yang memiliki misi untuk berbuat baik dihadapan Tuhan akan mempunyai tekad dan semangat yang luar biasa. Orang yang demikian biasanya tidak mudah untuk menyerah sebelum apa yang telah direncanakan berhasil. Apabila seseorang berbuat sesuatu atau bekerja dengan misi untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk Tuhan secara otomatis hasil kerjanya pun berbanding lurus dengan keberhasilan. Apa yang diupayakannya pun bernilai baik dihadapan orang lain karena ia telah bekerja dengan memberikan yang terbaik kepada Tuhannya.
3. Menggali hikmah pada setiap kejadian
Kegagalan boleh saja terjadi, namun orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan dapat menggali hikmah sehingga dapat menemukan kebaikan dan masih bisa merasakan kebahagiaan. Kemampuan untuk menggali hikmah itu penting agar seseorang tidak terjebak untuk menyalahkan diri, atau bahkan menyalahkan Tuhan. Satu hal yang penting untuk dipahami bahwa menggali hikmah dari setiap kejadian dapat dilakukan apabila berangkat dari sebuah keyakinan bahwa Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya, bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti ada manfaatnya.
Fungsi kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshall (dalam Indragiri, 2010, hlm. 28), sebagai berikut:
1. Kecerdasan spiritual digunakan dalam masalah eksistensial, yaitu ketika pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah kesedihan.
2. Kecerdasan spiritual menjadikan kita sadar bahwa kita memiliki masalah eksistensial dan membuat kita mampu mengatasinya, karena kecerdasan spiritual memberi kita semua rasa yang menyangkut perjuangan hidup.
3. Kecerdasan spiritual membuat manusia mempunyai pemahaman tentang siapa dirinya dan apa makna segala sesuatu, serta bagaimana semua itu memberikan tempat di dalam dunia kepada orang lain.
4. Kecerdasan spiritual sebagai landasan bagi seseorang untuk memfungsikan intelligent quotient (IQ) dan emotional quotient (EQ) secara efektif, karena kecerdasan spiritual merupakan puncak kecerdasan manusia.
5. Kecerdasan spiriual menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks dan makna yang lebih luas dan kaya. Sehingga manusia menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, berani, optimis, dan fleksibel.
6. Kecerdasan spiritual dapat memberikan rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman sampai batasnya.
7. Kecerdasan spiritual dapat menjadikan seseorang lebih cerdas secara spiritual dalam beragama.
Adapun terdapat tiga faktor yang dapat membuat seseorang terhambat secara spiritual, menurut Satidarma dan Waruwu (2003, hlm. 47), di antaranya:
1. Karena yang bersangkutan tidak mengembankan beberapa bagian dari dirinya sama sekali.
2. Telah mengembangkan beberapa bagian, namun tidak proporsional atau dengan cara yang salah.
3. Adanya pertentangan atau buruknya hubungan antara bagian dengan bagian lainnya.
Referensi
Azzet, A. M. (2010). Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak. Yogyakarta: Kata Hati.
Indragiri, A. (2010). Kecerdasan Optimal: Cara Ampuh Memaksimalkan Kecerdasan Anak. Yogyakarta: Starbooks.
Satiadarma, M. P., & Waruwu, F. E. (2003). Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Media Grafika.
Siswanto, W. (2012). Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak. Jakarta: Amzah.
Sumber https://www.tintapendidikanindonesia.com/
Post a Comment
Post a Comment