Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Model pembelajaran two rest 2 stray (TSTS) atau model dua tinggal dua tamu dikembangkan oleh Spencer Kagan. Menurut Lie (dalam Wena, 2009, hlm. 189) mengemukakan bahwa “pembelajaran two rest 2 stray (TSTS) adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator”. Di samping itu, Huda (2013, hlm. 207) mengemukakan bahwa “model pembelajaran two rest 2 stray (TSTS) yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain”.
Model pembelajaran two rest 2 stray (TSTS) dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Model ini merupakan “sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi” (Suprijono, 2011, hlm. 93).
Model two rest 2 stray (TSTS) diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok, jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.
Skema pergantian kelompok dalam model pembelajaran two rest 2 stray (TSTS) berdasar Sani (2014, hlm. 191), digambarkan sebagai berikut:
Model pembelajaran two rest 2 stray (TSTS) menurut Shoimin (2014, hlm. 223) terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem pendidikan, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota empat siswa. Setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa.
2. Presentasi guru
Pada tahap ini, guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenalkan, dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3. Kegiatan kelompok
Kegiatan pembelajaran berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya. Siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil berisi empat siswa, yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian, dua dari empat anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain, sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari dua orang yang tinggal, tamu kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
4. Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
5. Evaluasi kelompok dan penghargaan
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran two rest 2 stray (TSTS). Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor rata-rata tertinggi.
Adapun kelebihan dan kelemahan pembelajaran two rest 2 stray (TSTS) menurut Shoimin (2014, hlm. 225), sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Lebih banyak tugas yang dapat dilakukan siswa.
2. Guru mudah memonitor pekerjaan siswa.
3. Relatif dapat diterapkan pada semua kelas atau tingkatan.
4. Kecenderungan siswa menjadi lebih bermakna.
5. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
6. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi.
Kelemahan:
1. Membutuhkan waktu yang relatif lama.
2. Membutuhkan berbagai persiapan yang matang bagi guru.
3. Membutuhkan kemampuan sosialisasi yang baik.
4. Jumlah ganjil dapat menyulitkan pembentukan kelompok.
Referensi
Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sani, R. A. (2014). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.
Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sumber https://www.tintapendidikanindonesia.com/
Post a Comment
Post a Comment