-->

√ Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading Together With Composition (Circ)


Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading too Composition (CIRC)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

Cooperative Integrated Reading too Composition  √  Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading too Composition (CIRC)

Model pembelajaran cooperative integrated reading too composition (CIRC) merupakan model yang dirancang untuk digunakan dalam pelajaran membaca dan menulis. Menurut Slavin (2005, hlm. 16) model pembelajaran cooperaitive integrated reading too composition (CIRC) merupakan “program pembelajaran komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada siswa kelas dasar atau pada tingkat yang lebih tinggi seperti sekolah menengah”.
Salah satu fokus utama dari kegiatan dalam cooperative integrated reading too composition (CIRC) sebagai dasar adalah membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Siswa yang bekerja dalam tim kooperatif, dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca, supaya dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang lain, seperti pemahaman membaca, kosakata, pembacaan pesan, dan ejaan.
Beberapa ciri dari pembelajaran menggunakan model cooperative integrated reading too composition (CIRC) menurut Slavin (2005, hlm. 17) antara lain “(1) adanya suatu tujuan kelompok, (2) adanya tanggung jawab tiap individu, (3) tidak adanya tugas khusus, (4) tiap anggota dalam satu kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk sukses, dan (5) dibutuhkan penyesuaian diri tiap anggota kelompok”.
Unsur utama cooperative integrated reading too composition (CIRC) terdiri atas (1) kelompok membaca, (2) tim, (3) kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita, (4) pemeriksaan oleh pasangan, dan (5) tes. Adapun penjelasan lebih lengkapnya sebagai berikut:
1. Kelompok membaca
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas dua atau tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca mereka, yang dapat ditentukan oleh guru.
2. Tim
Setelah dibuat kelompok membaca berdasarkan tingkat kemampuan membaca siswa, selanjutnya kelompok tersebut dibagi ke dalam tim yang terdiri atas siswa-siswi dari dua kelompok membaca atau tingkat. Misalnya, sebuah tim terdiri atas dua siswa dari kelompok membaca tingkat tinggi dan dua siswa dari kelompok membaca tingkat rendah. Anggota tim menerima poin berdasarkan kinerja private mereka pada semua kuis, karangan, dan buku laporan, serta poin-poin inilah yang akan membentuk skor tim.
3. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan cerita
Siswa menggunakan bahan bacaan dasar, seperti cerita pendek atau bahkan novel. Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang diarahkan oleh guru. Tahapannya meliputi membaca berpasangan, menulis cerita yang bersangkutan, menelaah tata bahasa cerita serta ejaan, mengucapkan kata-kata dengan keras, makna kata, dan menceritakan kembali cerita.
4. Pemeriksaan oleh pasangan
Jika siswa telah menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan, pasangan mereka diberikan formulir tugas yang mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan dan atau memenuhi kriteria terhadap tugas tersebut.
5. Tes
Pada akhir periode kelas, siswa diberikan tes pemahaman terhadap cerita, diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat bermakna untuk setiap kosakata, dan diminta membacakan daftar kata-kata di depan kelas. Pada tes ini siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu.
Secara khusus Slavin (2005, hlm. 19) menyebutkan kelebihan model pembelajaran cooperative integrated reading too composition (CIRC), antara lain:
1. Sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.
2. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok.
3. Siswa dapat memahami makna dan saling mengecek pekerjaannya.
4. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Di samping itu, terdapat sejumlah kelemahan model pembelajaran cooperative integrated reading too composition (CIRC), sebagai berikut:
1. Sulit membagi kelompok yang sesuai berdasarkan tingkat kemampuan membaca siswa.
2. Sulit menentukan bahan bacaan yang sesuai, baik bagi siswa yang memiliki kemampuan membaca tinggi, maupun bagi siswa yang memiliki kemampuan membaca rendah.
3. Dimungkinkan adanya dominasi dari siswa yang memiliki kemampuan membaca tinggi.

Referensi
Slavin (2005). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sumber https://www.tintapendidikanindonesia.com/

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter