Model Pembelajaran Student Facilitator in addition to Explained
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Model pembelajaran student facilitator in addition to explained adalah model pembelajaran tipe kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi. Menurut Zainal Aqib (2014, hlm. 28) model pembelajaran student facilitator in addition to explained merupakan “model di mana siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya”. Sedangkan menurut Anita Lie (2004, hlm. 50) model student facilitator in addition to explained merupakan “model di mana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnya”. Lebih lanjut, Agus Suprijono (2009, hlm. 129) menyatakan model student facilitator in addition to explained “menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan prestasi belajar siswa”.
Berdasar sejumlah pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran student facilitator in addition to explained adalah model pembelajaran yang menjadikan siswa belajar sebagai fasilitator untuk mempresentasikan ide yang mereka buat dan diajak berpikir secara kreatif sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan menarik serta menimbulkan rasa percaya diri pada siswa untuk menghasilkan karya yang diperlihatkan kepada teman-temannya. Oleh karena itu, model pembelajaran ini dapat meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan, dan rasa senang dalam belajar.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran student facilitator in addition to explained menurut Adang Heriawan, dkk. (2012, hlm. 118), sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Pada kegiatan awal, guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai selama pembelajaran berlangsung.
2. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis materi pembelajaran
Guru mempresentasikan materi yang akan dibahas. Di dalam kegiatan ini, guru tidak menjelaskan keseluruhan materi, karena pada kegiatan selanjutnya siswa yang lebih berperan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya
Siswa menjelaskan materi yang akan dibahas sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
4. Guru menyimpulkan pendapat atau ide siswa
Guru memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah dipresentasikan oleh siswa.
5. Guru menerangkan atau merangkum semua materi yang dipresentasikan siswa
Guru menerangkan kembali materi yang telah dibahas sebagai bahan tambahan, jika dalam presentasi siswa masih ada kekurangan.
6. Penutup
Pada kegiatan penutup, guru memberikan evaluasi berdasarkan materi yang telah dipelajari.
Setiap model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran student facilitator in addition to explained menurut Miftahul Huda (2014, hlm. 229), antara lain:
1. Meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi.
2. Melatih siswa untuk menjadi guru.
3. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar.
4. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan.
5. Dapat mendorong tumbuh kembangnya potensi berpikir kritis siswa secara optimal.
6. Melatih siswa aktif, kreatif, dan menghadapi setiap permasalahan.
7. Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara objektif dan rasional guna menemukan suatu kebenaran dalam kerja sama anggota kelompok.
8. Mendorong keberanian siswa dalam mengutarakan pendapat secara terbuka.
9. Melatih siswa untuk selalu mandiri dalam menghadapi setiap permasalahan.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran student facilitator in addition to explained menurut Miftahul Huda (2014, hlm. 229), di antaranya:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian siswa yang tampil.
2. Siswa pemalu sering kali sulit untuk mendemonstrasikan apa yang dipelajari.
3. Penilaian individu sulit dilakukan karena tersembunyi di balik kelompok.
4. Memerlukan persiapan yang cukup rumit karena harus mengantisipasi ide atau gagasan siswa.
Referensi
Aqib, Z. (2014). Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Heriawan, A., dkk. (2012). Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran. Banten: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru.
Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembalajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lie, A. (2004). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.
Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumber https://www.tintapendidikanindonesia.com/
Post a Comment
Post a Comment